Kamis, 02 November 2017

Pentingnya Pendidikan dalam Islam

Nama                           : Tri Kodariya Nisa
NIM                            : 16120016 (Sejarah dan Kebudayaan Islam)
Mata Kuliah                : Sejarah Umat Islam Indonesia
Dosen Pengampu        : Drs. Badrun, M.SI

Pentingnya Pendidikan dalam Penyebaran Islam
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuanketerampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, seperti guru contohnya. Tetapi pembelajaran juga memungkinkan secara otodidak. Secara etimologi, kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Pendidikan sangatlah penting bagi setiap anak maupun orang dewasa. Adanya pendidikan menjadikan individu lebih memiliki wawasan yang lebih, dan bahkan dapat mengembangkan skill yang belum diketahui. Dalam UUD 1945 juga telah diterangkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 31 ayat 3 dijelaskan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”.
Dalam keagamaan, pendidikan merupakan sebuah sarana untuk menyampaikan dakwah khususnya Islam yang hampir ada di setiap lembaga pendidikan di Indonesia. Setiap agama memposisikan dirinya sebagai sebuah tatanan nilai mulia yang menjiwai apapun yang terdapat dalam dunia pendidikan. Penyebaran agama melalui pendidikan sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan. Pedidikan yang dikelola menggunakan sistem pengajaran dengan menyampaikan nilai-nilai moral serta keagamaan. Dengan demikian diharapkan seorang yang mengikuti program pendidikan mampu menerima apa yang telah disampaikan oleh seorang guru ataupun seseorang yang posisinya sebagai pendidik dengan baik.
Ada dua macam pendidikan, yaitu pendidikan nasional dan keagamaan. Pendidikan keagamaan lebih cenderung untuk membangun akhlakul karimah, sementara pendidikan nasional mengarah pada kesuksesan siswa untuk lulus dengan prestasi angka. Pendidikan keagamaan ini banyak dijumpai dalam lingkup lembaga pendidikan berbasis pesantren. Sistem pengajaran di pesantren dirasa cukup baik dan efektif dibandingkan dengan sistem pengajaran pendidikan nasional dalam menyampaikan sebuah pengetahuan atau pembelajaran mengenai keagamaan. Akulturasi budaya pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional tidak dalam satu tahapan yang mudah, namun terjadi secara bertahap dan kerap kali mendapat hambatan.
Pendidikan dalam pesantren pun juga menggunakan sistem formal dan non-formal. Pendidikan formal dalam artian pendidikan yang sederajat dengan pendidikan formal umum, yang mana ada sebuah penghargaan berupa ijazah, dan juga adanya akreditasi yang diberikan pemerintah melalui beberapa syarat. Sedangkan pendidikan non-formal yaitu diniyah dan pesantren. Kurikulum yang dipakai pun harus sesuai dengan pasal 37 UU Sisdiknas, selain mengajarkan mengenai keagamaan, juga harus bermuatan pembelajaran yang umum.
Dengan demikian pendidikan merupakan wadah penting dalam pengembangan ataupun penyebaran agama Islam dengan menggunakan metode-metode yang ada dan sesuai dengan peraturan Undang-Undang. Melalui pendidikan inilah kemajuan dibidang keagamaan meningkat cukup tinggi. Hal itu karena pendidikan yang diselenggarakan dimulai sejak usia dini dan mulailah pengenalan mengenai keagamaan.

Peranan Pendidikan dalam Sejarah Terbentuknya Nasionalisme Indonesia
Pada masa pemerintahan Belanda, mereka sangat membutuhkan banyak pekerja dari pribumi, mereka ditempatkan pada kegiatan-kegiatan yang dianggap memiliki gaji rendah. Pada saat itu pula kondisi rakyat pribumi sedang terpuruk serta adanya sistem tanam paksa yang diberlakukan oleh Pemerintah Belanda. Melihat hal yang demikian, Van Deventer mengajukan 3 program yang dikenal dengan Trilogi Van Deventer, yaitu irigasi, edukasi, dan imigrasi. Edukasi sangat berperan penting dalam tumbuh dan berkembangnya nasionalisme Indonesia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kinerja pribumi agar kegiatan yang mereka kerjakan pun juga memberikan hasil yang baik. Kecerdasan dan kemampuan pribumi pun kian meningkat dan berkembang cukup baik seiring dengan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah Belanda untuk merasakan pendidikan ditengah-tengah kesengsaraan mereka.
Sistem pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia memiliki tingkatan-tingkatan antara bangsa pribumi dan bangsa penjajah. Adanya hal tersebut menimbulkan rasa nasionalisme dan rasa ingin merdeka, mereka juga ingin merasakan pedidikan yang sama tanpa adanya deskriminasi. Deskriminasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintahlah yang menimbulkan kecemburuan sosial, kemudian tumbuh menjadi rasa nasionalisme yang menggebu-nggebu.
Berjalannya waktu, mengantarkan pendidikan pada perkembangan yang memunculkan banyak tokoh cendikiawan. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan penjajahan. Pergerakan-pergerakan nasional yang terbentuk pun memberikan kontribusi terhadap berkembangnya pendidikan. Misalnya pendidikan dalam Muhammadiyah yang memberikan perubahan cukup besar terhadap perkembangan pendidikan, khususnya dalam bidang keagamaan. Muhammadiyah memanglah sangat menjunjung tinggi pendidikan dan semakin meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Selain Muhammadiyah yang merupakan pelopor kemajuan intelektual, Nahdatul Ulama pun juga demikian. Pendidikan melalui pesantren yang sudah banyak berkembang di berbagai daerah.
Lahirnya para tokoh pendidikan yang datang dari bidang intelektual, mendorong terbentuknya berbagai organisasi pergerakan nasional. Banyak organisasi pergerakan nasional yang mengusahakan adanya sebuah kemerdekaan. Adanya pendidikan menjadikan masyarakat Indonesia lebih berfikir akan adanya sebuah penindasan dan perlunya jiwa nasionalis demi kemajuan bangsa dan merebut hak yang telah dirampas habis-habisan oleh penjajah kala itu. Dengan demikian, mucullah para pelopor nasionalis yang membawa pendidikan ke arah kemajuan dengan diiringi berputarnya waktu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar