Kamis, 09 November 2017

Biografi Singkat Muhammad bin Tughluq di India

Muhammad bin Tughluq
Muhammad bin Tughluq adalah anak dari Ghiyatsuddin Tughluq. Sebelum menjadi sultan, ia dikenal dengan sebutan Jawna atau Malik Fakhruddin Jawna, karena kecakapannya ia diberi gelar Ulugh Khan dan merupakan sebagai pewaris tahta. Layaknya putra raja, ia memperoleh pendidikan militer dan kesusasteraan baik dalam bahasa Arab, maupun Persia. Ia dikenal sangat dekat dengan penyair, sufi dan ulama.
Muhammad bin Tughluq mengambil nama Abul al-Mujahid saat menjadi sultan, nama tersebut diambil dari keluarga raja sama dengan Abu dari sultan India yaitu Sutan Ghazni dan Sultan Ghuri dari Afganistan. Sultan sangat kuat dalam memegang prinsip-prinsip agama dan menjalankan ibadah sholat dengan tekun. Ia merupakan sosok yang taat beragama, sehingga ia memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada rakyat yang melalaikan ibadah tersebut. Setelah Muhammad bin Tughluq naik tahta, ia memperoleh gelar Sultan Muhammad bin Tughluq (Bapa Para Penguasa di Jalan Tuhan). Muhammad bin Tughlug menerapkan sebuah kebijakan pro-Sunni. Ia mempertegas mandatnya sebagai seorang pejuang Muslim dengan mempertahankan India dari berbagai serangan yang dilakukan oleh Mongol.
Muhammad bin Tughluq wafat pada 21 Muharram 752/ 20 Maret 1352 M di Thatta di antara Sind dan Gujarat. Ia menghadapi pemberontakan-pemberontakan yang terjadi secara beruntun pada 1325-1351 M. Kemudian pemerintahannya jatuh kepada kemenakannya yaitu Firuz Shah.
Muhammad ibn Tughlaq (1325-1351 M) terkenal dengan lima buah gagasan yang terpuji, namun semua usahanya gagal. Pertama, proyek pemindahan ibukota dari Delhi ke Deongir. Kedua, ekspedisi ke Khurasan. Usaha penakhlukkan Qarachil, yang merupakan sebuah tempat dibagian Utara India (kaki gunung Himalaya. Keempat, mencetak mata uang. Kelima, penambahan pajak di Doab daerah subur di Allahbad.
a.       Pemindahan Ibu Kota
Sultan memindahkan ibukota ke Deogir pada tahun 1329 M. Hal ini dilakukan untuk menyejahterakan rakyat di daerah selatan dan mengislamkan daerah tersebut. Keputusan Muhammad bin Tughluq yaitu pemindahan Ibukota kedua di selatan pada 1327-1328 M, pemindahan tersebut terjadi adanya pengulangan pemberontakan di bagian selatan, Sultan memindahkan Ibukota juga untuk memudahkan koordinasi bagi seluruh propinsi dari Kesultanan Delhi ke Deogir yang diganti nama menjadi Daulatabad.
b.      Ekspedisi Khurasan
Sultan merupakan sosok yang ambisius sehingga Ia mengirim pasukan ekspedisi berjumlah 370.000 yang telah dipersiapkan selama satu tahun dan dibiayai oleh negara dibatalkan. Hal ini disebabkan karena mulanya ia bekerjasama dengan Termasirin, penguasa Mongol dan al-Nasir (penguasa Mesir) untuk menaklukkan pemerintahan Khurasan yang saat itu dipimpin oleh Abu Said. Usaha yang dilakukan ini gagal karena Termasirin telah berganti kekuasaan, sedangkan al-Nasir membelok pada Abu Said, sehingga hal ini juga menggagalkan rencananya.
c.       Ekspedisi Qarachil
Qarachil merupakan tempat di Utara India tepatnya berada di kaki Gunung Himalaya. Ekspedisi yang dilakukan merupakan bagian dari ekspedisi Khurasan, hal ini terlihat dari jumlah tentara yang dipersiapkan lebih sedikit yaitu 1000 orang untuk ekspedisi Khurasan dan Tranxiona di wilayah Islam.
d.      Penerapan Mata Uang
Proyek Sultan yang selanjutnya ialah mencetak uang kertas, Sultan meminta bantuan kepada China karena pada saat itu China sudah menggunakan uang kertas. Kemudian Sultan memperkenalkan sistem tersebut untuk menggantikan uang tembaga dengan uang kertas. Proyek ini dibuat Sultan dengan tujuan untuk mengisi bendahara yang memburuk dan memperoleh sumber daya yang dapat diandalkan dalam penaklukan. Ide dari Sultan ini mendapat banyak suara dan diadopsi oleh dunia modern. Hal ini memang tidak familiar dan spesifik pada abad ke-14, maka perekonomian tumbang dan pemalsuan yang terjadi pun merupakan hal yang sudah biasa. Kemudian sultan menarik semua uang kertas baik yang asli maupun yang palsu.
e.       Penambahan Pajak
Setelah beberapa proyek yang dilakukan gagal, Muhammad bin Thughluq menambah pajak guna mengganti mata uang perunggu dengan emas. Penambahan pajak ini diperkenalkan kepada penduduk Doab pada saat keadaan ekonomi mereka terpuruk dan bencana kelaparan yang melanda berkepanjangan. Namun dalam keadaan yang seperti itu, negara tidak memberikan keringanan. Hal ini juga terjadi pada petugas penarikan pajak, mereka menarik tambahan pajak untuk mereka sendiri secara keras dan tidak mengambil tindakan cepat terhadap kekerasan yang terjadi pada petani.
Kebijakan Sultan dalam masalah penambahan pajak yaitu memutuskan untuk memberikan bantuan pinjaman para petani dan membantu para petani dengan membajak tanah yang tidak diolah dengan manajemen pemerintahan. Tetapi obat-obatan datang terlambat sehingga memperlemah kesabaran petani. Pertanian rusak parah dan para petani Doab menjadi miskin dan akhirnya mereka pergi ke hutan.

sumber:
Muhammad Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.
skripsi "Kebijakan Pemerintahan Sultan Muhammad Bin Tughluq Di India (1325-1351) oleh Laili Choiriyah, diterbitkan di Yogyakarta, Fak. Adab UIN SUKA tahun 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar