MAROKO
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sejrah Umat Islam
Kawasan Afrika dan Andalusia
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H.
Mundirin Yusuf, M.SI.
DISUSUN
OLEH:
Tri Kodariya Nisa
NIM. 16120016
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Orang Arab menyebutnya Al-Mamlaka Al-Maghribiya atau Kerajaan
Barat. Para ahli sejarah dan geografi Muslim abad pertengahan menjulukinya
Al-Maghrib Al-Aqsa. Sedangkan orang Turki menyebutnya Fez. Orang Persia
mengenalnya dengan nama Marrakech (Tanah Tuhan). Nama-nama tersebut kini lebih
dikenal dengan Maroko. Wilayah ini merupakan pintu gerbang masuknya Islam ke
Eropa. Hal ini dilihat dari para penguasa dinasti-dinasti kecil yang muncul
pada kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Melalui dinasti-dinasti kecil inilah agama
Islam dapat berkembang dengan luas.
1.
Biografi
negara Maroko?
2.
Bagaimana
proses masuknya Islam di Maroko?
3.
Bagaimana
perkembangan umat Islam di Maroko?
1.
Untuk
mengenal kerajaan Maroko.
2.
Untuk
mengetahui proses masuknya Islam ke Maroko.
3.
Untuk
mengetahui perkembangan Islam Maroko di berbagai bidang.
4.
Untuk
menambah wawasan mengenai kerajaan Maroko.
Kerajaan Maroko adalah sebuah negara di bagian barat laut Afrika
yang mempunyai garis pantai yang panjang dekat Samudra Altantik yang melewati
Selat Gibraltar hingga ke Laut Tengah.[1]
Maroko kerap kali disebut juga dengan wilayah magribi, yang nama Arabnya ialah al-Mamlakah
al-Mahgribiyah dan memiliki arti kerajaan barat, sebutan ini sering
dijadikan sebagai nama alternatif. Diperkirakan pada tahun 2014 jumlah penduduk
Maroko yaitu 33.337.529 jiwa dan luas wilayah 446.550 km2, dengan
Rabat sebagai ibukota administratif kerajaan. Maroko juga memiliki pusat kota
atau kota terpenting sebagai wilayah kepemerintahan yaitu Casablanca. Sistem kepemerintahannya
menggunakan sistem Monarki Kontitusional. Negara dikepalai oleh raja dan
pemerintahan dikepalai oleh perdana menteri. Mata uang di negara ini ialah
dirham maroko dan memiliki semboyan ‘Tuhan, Negara, Raja’.
Penduduk Maroko mayoritas beragama Islam, tercatat 98,7% dan
sisanya Yahudi. Islam ditetapkan sebagai agama resmi di Maroko, pemerintah juga
melindungi agama ini dari praktek kegiatan dari agama safawi, seperti Yahudi
dan Masehi. Penduduknya banyak yang berasal dari keturunan bangsa Arab,
sehingga bahasa yang digunakan dalam kesehariannya adalah bahasa Arab dan
merupakan bahasa utama di Maroko. Penduduk asli Maroko berasal dari suku Berber
, berkulit putih dari Afrika Utara namun cenderung pada kebudayaan Arab.
Maroko dikenal sebagai gerbang masuknya Islam di Afrika Utara yang
merupakan daerah terpenting dalam
perkembangan Islam di daratan Eropa melewati Spanyol. Islam tidak begitu saja
masuk ke wilayah ini, banyak permasalahan politik dari pemberontakan
orang-orang Barbar dan orang-orang Romawi. Pemberontakan itu berlangsung sampai
pada pergantian gubernur dari Hasan ibn Nu’man kepada Musa ibn Nushair tahun
708 M. Pada masa pemerintahan Musa pemberontakan semakin menjadi, namun Musa
berhasil mematahkan pemberontakan mereka dengan menerapkan kebijakan
“perujukan” yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintahan Islam[2].
Masa pemerintahan Musa dikenal sebagai masa penaklukan yang
sebenarnya, karena pada masa tersebut pemberontakan Barbar dan Romawi
berhasil dihancurkan setelah posisi
politik dan dakwah Islam yang mendominasi
menyebar sangat cepat. Sebuah catatan menyebutkan bahwa masuknya Islam
ke Maroko dibawa oleh bangsa Arab. Pada abad ke-7 M bangsa Arab membawa adat,
kebudayaan serta ajaran Islam dan menyebarkannya kepada bangsa Barbar, sehingga
pada masa itu bangsa Barbar banyak yang menganut ajaran Islam.[3]
Oarang Barbar kemudian bergabung dengan angkatan perang Arab dalam menaklukkan
Spanyol untuk pertama kali pada tahun 711 M. Maroko menjadi kekuasaan Abbasiyah
dan berpusat di Baghdad ketika Dinasti Abbasiyah berhasil melengserkan
kekuasaan Dinasti Umayyah atas Maroko.
Kejadian tersebut mendorong munculnya dinasti-dinasti kecil.
Dinasti
Idrisiyah didirikan oleh Muhammad ibn Idris salah satu dari keturunan Ali bin
Abi Thalib yang menganut madzhab Syi’ah. Dinasti ini merupakan dinasti Syi’ah
pertama[4]
yang memisahkan diri dari kekhalifahan Islam, namun sebelumnya wilayah ini
mayoritas bermadzhab Khawarij. Idris ikut serta dalam pemberontakan melawan
Abbasiyah di Hijaz dan melarikan diri ke Mesir sebelum sampai di Maroko. Idris
diangkat menjadi pemimpin kaum Barbar yang terkenal kuat dan gagah. Selain itu,
Idris juga memusatkan pemerintahan di kota Fez yang letaknya jauh dari kota
Baghdad, sehingga Bani Abbas enggan untuk mengirim pasukan perang ke wilayah
tersebut. Hal itu menjadikan dinasti ini berkuasa dalam kurun waktu yang cukup
lama. Bani Abbas tidak menyerang dinasti kecil ini karena jika khalifah Bani
Abbas menyerang, pastilah Idrisiyah juga berani membalas serangan itu.
Pada
kekuasaan Harun al-Rasyid, Bani Abbas menyerang Idrisiyah dengan strategi yang
baik, yaitu dengan mengirim seorang bernama Sulaiman ibn Jarir yang ditugaskan
sebagai penentang Bani Abbas dan meminta perlindungan dari Idris[5].
Strategi tersebut berjalan lancar, hingga akhirnya Sulaiman mampu melenyapkan
Idris I. Namun sepeninggalan Idris, dinasti ini tidak begitu saja runtuh. Masa
kejayaan dinasti ini dipegang pada masa Yahya IV. Karena dinasti ini terletak
antara kekuatan Islam besar yaitu Umayyah di Andalusia dan Fatimiah di Afrika
Utara,[6]
menjadikan kesempatan emas bagi panglima dari Hakam II di Andalusia, yaitu
Ghalib Billah untuk melakukan aneksasi kepada wilayah Idrisiyah dan berakhirlah
dinasti ini.
Setelah
dinasti Idrisiyah tumbang, bangsa Arab kehilangan sistem politiknya di Maroko.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Dinasti Fatimiah yang beraliran Syi’ah, dan
direbutnya pada tahun 364 H/974 M, dinasti ini berkuasa sampai pada 1171 M.
kemudian Maroko dikuasai oleh Dinasti Al-Murabithun dengan ibukota Marrakech.
Kekuasaan dinasti ini meliputi seluruh bagian Gurun Sahara, Afrika bagian Barat
Laut, dan Spanyol.[7]
Meski demikian, dinasti ini tetap mengakui kekhalifahan Abbasiah di Baghdad dan
mendapat pengesahan dengan Gelar Amir Al-Muslimin.
Nama
Murabithun diambil dari kata ribat (madrasah), yaitu tempat untuk para
pengikut tarekat yang digembleng agar taat beribadah dan menuntut ilmu. Berasal
dari gemblengan tersebut, muncullah semangat jihad fi sabilillah yakni
berjuang di jalan Allah SWT dan bertujuan untuk menegakkan agama-Nya. Asal dari
Ribat inilah kemudian lahir sebuah negara yang sangat berperan dalam
sejarah Islam di Afrika Utara dan Spanyol.
Telah
disebut bahwa Maroko adalah gerbang masuknya Islam di Afrika Utara dan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan Eropa. Hal ini dibuktikan pada kemenangan
yang diraih oleh Yusuf bin Tasyfin (453-500 H/1061-1107 M). Saat itu ia diutus
oleh Mu’tamid bin Ibad (raja Sevilla-Spanyol) guna melawan pasukan Kristen yang
akan melenyapkan Islam. Pada 12 Rajab 479 (23 Oktober 1086) pecah perang di
Zakalla dan Yusuf bin Tasyfin menang dengan gemilang. Pada masa
kepemimpinannya, banyak terjadi kemajuan diberbagai bidang. Namun stelah Yusuf
wafat, Andalusia mengalami kemerosotan. Putranya menikah dengan seorang Nasrani
dan membuat simpati kaum muslim menurun. Akhirnya, dinasti ini ditaklukan oleh
al-Muwahhidun dari Afrika Utara.[8]
Setelah
lengsernya Dinasti Al-Murabithun, Maroko menjadi wilayah kekuasaan Dinasti
Al-Muwahhidun (1121-1269). Nama Muwahhidun dinisbahkan pada pengakuan para
penguasa sebagai orang yang bertauhid secara benar. Pada masa Abu Ya’kub Yusuf
bin Abdul Mu’min (558-580 H/1163 M), kota Marrakech menjadi salah satu pusat
peradaban sains, sastra, dan menjadi pengayom kaum muslim untuk mempertahankan
Islam dari orang-orang Kristen. Selain itu, Abdul Mu’min juga mengirimkan
bantua kepada Alahuddin Yusuf Al-Ayyubi melawan pasukan Kristen dalam Perang
Salib.[9]
Abdul
Mu’min membangun Andalusia dengan baik dan teratur, dinasti ini semakin kuat
dan berpengaruh dengan beberapa khalifah yang telah membawa dinasti ini pada
masa keemasan. Namun seluruh kekuasaan dinasti ini jatuh ke tangan orang
Kristen kecuali daerah Granada yang masih dikuasai oleh Dinasti Nasar. Dinasti
Al-Murabithun dan Al-Muwahhidun ini merupakan sebuah pembaruan agama. Pada
periode ini muncul juga ilmuwan terkemuka di Andalusia. Seperti Ibnu Hamzah,
Hasan ibn Haisyam 965-1039 M, Ibn Bajah W. 1138 M, Ibn Rusyd 1126-1198 M, Ibn
Arabi 1165-1240 M, dan masih banyak lagi yang membawa kejayaan Islam dalam
bidang filsafat dan ilmu pengetahuan yang lain.[10]
Maroko
modern, sebagai negara Islam yang berbentuk kerajaan, banyak dipengaruhi oleh
Allal Al-Fasi dengan konsep Neo-Salafiyah-nya. Ia pernah menjadi menteri
agama, sehingga banyak pembelajaran dari pemikiran Muhammad Abduh, Jamaluddin
al-Afghani, Voltaire, dan Montesquie. Hukum Islam yang berlaku ialah fiqh
madzhab Maliki, terutama dalam hukum keluarga. Hukum pidana dan perdata
mengikuti hukum modern namun tetap berpedoman pada madzab tersebut. Terdapat
kesenjangan antara ulama tradisional lulusan Al-Azhar dan kaum modernis yang
berpendidikan Barat. Raja adalah Amir Al-Mukminin, bahkan Khalifah Allah SWT
yang dipilih oleh majelis ulama melalui baiat. Kekuasaan raja tidak bersifat
absolut karena ada konstitusi.
Rakyat di negara ini memeluk agama Islam hampir 98,7%. Memang di
penguasaan dengan agama Islam, namun ada juga agama Nasrani dan Yahudi. Sekitar kurang lebih 30 juta jiwa
jumlah penduduk yang ada di negara ini. Bahasa arab digunakan dalam kehidupan
sehari-hari sebab merupakan bahasa resmi di negara ini. Walaupun begitu, bahasa
Barbar, bahasa Spanyol serta bahasa Perancis, juga tetap dipakai meskipun dalam
keadaan tertentu saja.
Bahasa Arab memang merupakan bahasa resmi di negara ini, namun
saat pengaplikasian di dalam kegiatan sehari-hari lebih banyak menggunakan
bahasa Perancis. Kegiatan yang menggunakan bahasa Perancis antara lain saat
menjelaskan hal berkaitan dengan pendidikan maupun yang berkaitan dengan
masalah mengenai administrasi negara. Meskipun demikian dan menempati bahasa
yang kedua, akan tetapi bahasa Perancis digunakan
lebih utama.
Meskipun Maroko terletak di benua Afrika,
alamnya tak jauh berbeda dengan wilayah Asia yang subur dan hijau, sehingga
seringkali pelancong dari manca negara tercengang melihat kesuburan tanah Maroko yang dipenuhi dengan pepohonan dan penghijauan di wilayah
tersebut. GDP Tahun 2010, mencapai US$ 103,5 milyar dan GDP Perkapita US $
4.800, dengan ekspor utama phospat, pupuk alam / kimia, asam phospat, buah
sitrus, sardin, produk garmen, produk kelautan. Sejak dipimpin
Raja Muhammad VI, Maroko mengalami kemajuan pesat. Pemerintah memberikan
perhatian yang besar akan ekonomi dan kehidupan rakyat,
termasuk pembangunan infrastruktur jalan tol, airport dan pelabuhan,
Maroko mengalami kemajuan sehingga kehidupan di Maroko dapat diibaratkan
seperti di negara-negara di Eropa Selatan.
Daerah tersubur negara ini adalah Casablanca,
90% lahan ditanami dengan biji-bijian. Gandum ialah jenis bijian yang paling
banyak diproduksi, jewawut dan jagung juga merupakan hasil yang cukup penting.
Sebagian dari penduduk Maroko juga melakukan peternakan hewan, seperti
biri-biri, sapi, keledai, kuda, dan bagal.
Sejak
awal 2000-an tingkat partisipasi pendidikan terus meningkat disemua jenjang
pendidikan. Pada tahun
2004-2006 tingkat kelulusan SD naik dari 57,8% menjadi 61,7%. Kemudian pada
tahun 2011 pendidikan nasional Maroko mulai diterapkan dengan empat asas,
yaitu: 1) agama Islam yang toleran; 2) identitas sejarah peradaban
Maroko/Magribi; 3) peradaban yang merupakan perpaduan antara budaya Afrika,
Eropa, Arab, Berber, serta konvensi internasional; 4) pendidikan
kewarganegaraan. Melalui empat asas inilah anak-anak Maroko diajarkan bagaimana
beragama yang benar menurut madzhab resmi, yaitu madzhab Maliki, bagaimana
mereka memahami budaya Maghribiyah, dan belajar mengenai suatu hal perbuatan
ataupun bertingkah laku serta berinteraksi kepada sesama muslim dan bergaul
dengan penganut agama lain.
Negara
Maroko merupakan negara yang berada dikawasan Afrika Utara di bagian paling
barat, sehingga dijuluki dengan
nama al-Mahgribi. Maroko memiliki sekitar kurang lebih 30 juta jiwa pada tahun
2014. Penduduk aslinya berasal dari suku Berber, dan mayoritas beragama Islam serta
menggunakan sistem monarki konstitusional dalam kepemerintahannya. Ekspansi
Islam ke Maroko dimulai ketika negeri itu ditaklukkan oleh Musa bin Nusair pada
masa Al-Walid I bin Abdul Malik (Dinasti Umayyah). Sebagian berpendapat bahwa
Islam dibawa oleh orang Arab yang menyerbu wilayah itu pada tahun 683. Selain
itu, melalui dinasti-dinasti kecil yang ada, menjadikan wilayah kekuasaan Islam
mengalami masa keemasan dan banyak menghasilkan ilmuwan-ilmuwan di berbagai
bidang.
Maroko
mengalami kemajuan di bidang politik, sosial, ekonomi, serta pendidikan. Hal
tersebut membawa Maroko menjadi negara yang mandiri, penetapan hukum yang
berlandaskan keislaman dan dipimpin oleh raja. Bahasa yang mereka gunakan dalam
kesehariannya yaitu bahasa Arab dan Prancis. Masyarakatnya memanfaatkan alam
yang subur dengan menanaminya biji-bijian dan juga memelihara hewan ternak.
Pendidikan nasional Maroko mulai diterapkan pada tahun 2011 yang didasari oleh
empat asas.
Abdul, M. Karim. 2011. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta:
Bagaskara.
Kandu, Amrullah. 2010. Ensiklopedia Dunia Islam. Bandung. Cv
Pustaka Setia.
Maryam, Siti dkk. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta.
Lesfi.
Ruslan, Heri dkk. Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam.
Jakarta Selatan. Harian Republika.
https://jokka2traveller.com/2017/01/17/berkenalan-dengan-negeri-al-maghribi-maroko/. (Diakses pada
13 November 2017).
https://www.binasyifa.com/729/97/25/kehidupan-sosial-di-negara-maroko.htm. (Diakses pada
14 November 2017).
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=detil&jenis=artikel&jd=144#.WhKBfYaWbIU (Diakses pada 20 November 2017).
[1] Amrullah
Kandu, Ensiklopedia Dunia Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010), hlm.
451.
[2] Siti
Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta:Lesfi, 2012), hlm. 222.
[3] Heri
Ruslan dkk, Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam, (Jakarta Selatan:
Harian Republika), hlm. 107.
[4] Ibid..,
hlm. 109.
[5] Siti
Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta:Lesfi, 2012), hlm. 224.
[6] M. Abdul
Karim,Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Bagaskara,
2011), hlm. 188.
[7] Amrullah
Kandu, Ensiklopedia Dunia Islam,...hlm. 452.
[8] M. Abdul
Karim,Sejarah Pemikiran dan Peradaban..., hlm. 244
[9] Amrullah
Kandu, Ensiklopedia Dunia Islam,...hlm. 452.
[10] Ibid,...,
hlm. 244