RESUME
SEJARAH ARAB KLASIK:
Kajian Terhadap Masyarakat Arab Jahiliyah
1.
Asal
Usul Bangsa Arab
Bangsa
Arab berasal dari suku bangsa yang tinggal di Jazirah Arabia, dan daerah
Babilonia, Asyiria, Finiqia, Cheldan, Amoriyah, Yaman Kuno, Arma Finisia,
Ibrani dan Abbesinia. Bangsa Arab ini termasuk rumpun bangsa Semit (Samiyah)
dan menggunakan bahasa Semit. Suku ini mayoritas adalah penduduk di Dunia Arab, baik
di Timur Tengah maupun Afrika Utara, serta
sebagian minoritas penduduk di Iran, Turki serta komunitas diaspora lainnya di
berbagai negara. Seseorang umumnya dianggap sebagai Arab dilihat dari
latar-belakang mereka, baik secara etnis, bahasa,
maupun budayanya.
Secara politis, orang Arab adalah mereka yang berbahasa ibu Arab dan
berayah keturunan Arab pula. Selain di Iran dan Turki, juga terdapat sejumlah
besar diaspora Arab di Amerika dan Eropa.
2.
Masyarakat
Klasik Pra Islam
Bangsa
Arab pra Islam dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, Al-Arab
al-Baidah merupakan bangsa Arab yang musnah, berasal dari keturunan Irom bin
Saih, hanya saja sedikit yang mengetahui jejak serta kabar mereka yang
terputus, sehingga dikatakan telah musnah. Nash-nash dari kitab suci atau
beberapa peninggalan prasasti yang mengetahui informasi terkait dengan sejarah
adanya bangsa ini pun terbatas. Kaum ‘Ad, Tsamud dan Irom termasuk dalam
komunitas ini. Kedua, Al-Arab al-Baqiah merupakan komunitas yang eksis, berasal
dari keturunan Sam bin Nuh, eksistensi komunitas sosialnya tetap terpelihara
dalam sejarahnya. Bangsa Arab Jahiliyah termasuk dalam komunitas ini.
Al-Arab al-Baqiah
digolongkan menjadi dua klan besar. Pertama, Klan Qohton berada di Arab
Selatan, bangsa ini disebut komunitas Arab asli karena keturunannya tidak ada
yang menikah dengan suku lain. Kedua, Klan Adnan merupakan suku yang tinggal di
wilayah Arab Utara. Klan ini sering disebut al-Arob al-Musta’robah atau al-Arob
al-Muta’arrobah (komunitas Arab pendatang). Disebut Arab pendatang karena salah
satu keturunannya ada yang menikah dengan non Arab.
3.
Masyarakat
Arab Jahiliyah
Kata
Jahiliyah berasal dari kata Jahl yang secara harfiah berarti bodoh, pandir,
atau tidak tahu. Ada juga yang mengartikan sebagai al-safah yaitu jelek
budi pekertinya atau tolol, al-ghodob; suka marah, al-nazak; suka
terburu nafsu. Kata Jahl lebih tepat diartikan sebagai perilaku yang mudah
marah, lebih mengutamakan nafsu daripada akal pikiran, merendahkan orang lain
dan sebagainya. Dalam al-Qur’an telah disebutkan sebanyak lima kali, yang
semuanya menerangkan bahwa kata jahl selalu berkaitan dengan akhlak tercela.
Masyarakat
Arab Jahiliyah merupakan masyarakat Arab pra Islam yang tinggal disekitar
jazirah Arabia. Sebagian besar tanahnya tandus dan gersang, namun disanalah
tempat munculnya komunitas-komunitas sosial bangsa Arab Jahiliyah.
Secara
sosiologis, bangsa Arab Jahiliyah dibagi menjadi dua kelompok. Pertama kelompok
masyarakat yang telah berperadaban (al-Arab al-Mutahadiroh), masyarakat ini
telah hidup menetap di kota Mekkah atau disekitar Hijaz dan mengalami penetrasi
akulturasi budaya dengan non Arab. Kedua, masyarakat Arab Primitif (al-Arab
al-Badawah), hidupnya nomaden karena tanah yang tandus dan sedikit turun hujan,
di pedalaman Jazirah Arabia dan terisolisir dari peradaban dan pengaruh bangsa
non Arab. Awalnya kedua bangsa ini menetap di Arab bagian selatan.
4.
Agama
dan Sistem Kepercayaan Arab Jahiliyah
Agama
dan kepercayaan heterogen lebih kurang 6 yang dianut masyarakat Jahiliyah. Enam
agama dan kepercayaan tersebut ialah Paganisme, Agama Samawi, Agama Ardhi,
Animisme dan Dinamisme, Zindiq dan al-Dahriyah. Mayoritas masyarakat Arab
Jahiliyah ini menganut sistem kepercayaan Paganisme. Sedangkan sistem kepercayaan minoritas bangsa ini ialah
al-Zindiq dan Agama Majusi. Agama Yahudi dan Nasrani hanya berkembang di
wilayah tertentu. Kepercayaan Animisme dan Dinamisme dianut oleh kelompok
Ashobi’in. Al-Dahriyah suatu kepercayaan yang meyakini adanya kehidupan dunia
belaka, berkembang di Jazirah Arab.
Penyembahan
berhala yang menjadi mayoritas berawal dari masyarakat yang berkelana, kemudian
membawa batu yang berada disekitar ka’bah kemudian disucikan dan disembahnya.
Secara terus-menerus hal itu dilakukan sehingga dibuatlah patung yang mereka
sembah dengan mengitarinya (tawaf). Bangsa Arab percaya bahwa menyembah berhala
tersebut hanyalah sebagai perantara untuk menyembah Tuhan dan bukan menyembah
bentuknya. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Arab Jahiliyah telah meyakini
adanya Tuhan. Kepercayaan seperti ini disebut musyrik, yaitu menyekutukan Allah
dengan sesuatu yang lain. Penyembahan kepada berhala ini disertai dengan adanya
pengorbanan, agar mereka mendapat kasih sayang dari Tuhan yang lebih. Patung
berhala dijadikan sebagai sarana untuk berhubungan dengan suatu kekuatan diluar
kemampuan manusia. Penyembahan berhala
ini tidak hanya dilakukan di kawasan Arab, namun telah meluas ke seluruh dunia.
5.
Sistem
Sosial Politik Arab Jahiliyah
Sebelum
adanya Islam, masyarakat Arab tinggal di dusun sebagai nomaden. Hal ini
dikarenakan tidak adanya raja yang berkuasa penuh serta kesatuan politik.
Politik
Arab Jahiliyah memiliki dua point penting, yaitu sistem tribalisme dan stratifikasi
sosial. Sistem tribalisme merupakan sistem yang mengutamakan kesukuan yang
didasarkan pada kesamaan asal-usul keturunan (darah) dan wilayah. Sistem ini
memiliki seorang pemimpin, anggota suku, dan undang-undang. Sedangkan sistem
stratifikasi sosial, berlaku disetiap suku yang didasarkan pada kesamaan
keturunan, kekayaan serta kedudukan dalam pranata sosial.
Stratifikasi
ini memiliki tiga tingkatan, yaitu elite, mawalie, dan kelas hamba sahaya.
Kelas elite merupakan suku asli yang satu keturunan dengan kepala suku dan
mempunyai hak istimewa sebagai pilar penerus kepemimpinan. Mawalie ialah
kelompok hamba sahaya yang sudah dimerdekakan dan penjahat yang meminta suaka
terhadap suku lain agar diterima menjadi anggota sukunya. Kelas hamba sahaya
yaitu kelompok hasil adopsi dari negara lain, yang kemudian dijadikan sebagai
budak.
6.
Mata
Pencaharian Arab Jahiliyah
Perekonomian
masyarakat Arab Jahiliyah bertumpu pada kegiatan perdagangan, pertanian,
industri dan peternakan. Kegiatan perdagangan
merupakan sumber perekonomian dari masyarakat Hadhor yang memberikan
keuntungan besar terhadap pendapatan negara. Hal ini didukung oleh letaknya
yang strategis pada jalur persimpangan yang menghubungkan perjalanan dari Yaman
ke Siria dan Abessinia ke Irak.
Negeri
Arab juga terkenal sebagai negeri yang memiliki tanah gersang, kering, banyak
bukit-bukit gundul tanpa adanya tumbuhan. Gurun yang terbentang luas dan tidak
memungkinkan masyarakatnya untuk bertani. Namun, tidak semua bentangan padang
pasir itu gersang dan tandus. Kelompok Yahudi yang termasuk komunitas
masyarakat miskin, mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Daerah yang
dijadikan lahan untuk bertani pun merupakan daerah yang relatif subur, sehingga
dapat dijadikan sebagai tempat bercocok tanam, khususnya tanaman kurma.
Kegiatan bertani ini tidak begitu disukai oleh masyarakat Badui, karena
pekerjaan ini merupakan pekerjaan untuk orang-orang miskin dan dianggap dapat
menurunkan martabat mereka.
Kegiatan
beternak merupakan sumber kehidupan bangsa Arab Badui (primitif). Mereka
umumnya mengembala unta dan kambing, untuk memenuhi kebutuhan ternak mereka
hidup nomaden menyusuri setiap jalan yang terdapat tumbuhan. Sedangkan kegiatan
industri hanya dilakukan oleh sebagian kelompok Yahudi di Yatsrib dan Nasrani
di Najran.
7.
Turats
Arab Jahiliyah
Makkah
dijadikan sebagai sentral perdagangan dan kebudayaan di negeri Hijaz, selain
itu Makkah selalu ramai dikunjungi peziarah saat musim haji. Hal ini merupakan
faktor timbulnya akulturasi sosial kemasyarakatan diantara mereka. Mereka
menyenandungkan syair-syair kepahlawanan dan menceritakan tentang asal usul
mereka.
Puisi
memiliki nilai urgensi historis yang berkedudukan sebagai Diwan al-arab
(Jahiliyah) yang merekam corak budaya dan tradisi kehidupan sosial dengan
bentuk teks puisi Jahiliyah. Puisi digunakan sebagai sarana kultural dan alat
komunikasi. Puisi terkait dengan aspek sosial, kebiasaan bangsa Arab yang suka
menonjolkan kemampuan dari sukunya sendiri kepada suku lain yang diutarakan
dalam bentuk syair dan merupakan sarana untuk meningkatkan status sosial.
8.
Karakteristik
Masyarakat Arab Jahiliyah
Bangsa
Arab Jahiliyah merupakan bangsa yang terkenal dengan agamanya, yaitu paganisme.
Penyembahan berhala menjadi ciri khas bangsa ini, meskipun mereka meyakini
adanya Tuhan sebagai pengatur alam semesta tetapi pikiran mereka tidak dapat
memahami ajaran tauhid yang jernih, murni dan tinggi. Mereka menyembah sebuah
patung yang dibuatnya sendiri serta melakukan pengorbanan demi limpahan kasih
sayang Tuhan.
Ibnu
Khaldun, mengatakan paada masa jahiliyah, bangsa Arab adalah orang yang tidak
beradab, gemar melakukan kerusakan, perampasan, memiliki sifat yang sukar
tunduk kepada pemimpin, tidak berbakat dalam pekerjaan pertukangan ataupun
mencerna ilmu-ilmu yang lain. Akan tetapi, pembawaan mereka masih bersih dan
murni, pemberani dan sanggup berkorban untuk hal-hal yang dipandang baik.
Masyarakat
Arab Jahiliyah sebenarnya memiliki dua sifat, yaitu dari segi positif yang akan
mendorong kemajuan bangsa Arab dikemudian hari dan dari segi negatif yang
justru akan merusak serta merobek kebesaran bangsa ini. Gambaran tentang sifat
negatif bangsa Arab ini ialah menanam bayi perempuan hidup-hidup karena
dianggap nista dan beban perekonomian keluarga dan anak laki-laki yang memiliki
sifat pengecut, meminum arak serta berjudi. Segi positif yang dimiliki bangsa
Arab ialah menjaga harga diri serta kehormatan, kedermawanan mereka terhadap
tamu, berani berkorban demi sesuatu yang dianggapnya benar, menjunjung prinsip
persamaan dan demokratis.
Bangsa
Arab sebenarnya memiliki karakter yang cerdas, sehingga yang semula memeluk
agama watsani beranjak pada tingkat yang lebih tinggi karena adanya interaksi
Yahudi dan Nasrani. Ditemukan dari kalangan mereka menyeru ajaran tauhid baru
yang berkaitan dengan batasan tertentu dengan ajaran Nasrani. Kelompok ini
menyeru agar meninggalkan penyembahan berhala serta perbuatan-perbuatan yang
tidak terpuji. Hal ini seperti firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 67 yang
artinya: “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
akan tetapi ia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik”.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan,
Ibrahim Hasan. 2001. Sejarah Dan Kebudayaan Islam 1. Jakarta. Kalam
Mulia.
Mufrod,
Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta. Logos Wacana Ilmu.
Noor,
Yusliani. 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta.
Ombak.
Titanium Rod - The Fastest Spin - Titanium Rod | TITIAN ROAD
BalasHapusTITIAN ROAD · 1/2. This head titanium tennis racket is a fine steaming steaming rod. · 2. This is a nano titanium babyliss pro fine trekz titanium pairing steaming rod. · 3. This is a fine steaming rod. · grade 5 titanium 4. This is a titanium dab nail fine steaming rod.
view it now sex toys,love dolls,dog dildo,dog dildo,realistic dildo,wholesale sex toys,dog dildo,cheap sex dolls,dog dildo visit here
BalasHapusv102q6zbnsb057 sex dolls,wholesale sex dolls,realistic dildos,couples sexy toys,double dildos,sex chair,cheap sex toys,dildos,dildos l689j1fxked331
BalasHapus