CITA, CITRA DAN
CINTA
MAHASISWA
MUSLIM
Sejak dahulu, jauh sebelum agama Islam muncul, para Nabi dan Rasul
telah diutus untuk menyampaikan wahyu Allah SWT dan syariatNya kepada seluruh
umat manusia. Para rasul itu adalah oarang-orang terpilih dari kalangan pemuda.
Nabi Ibrahim a.s misalnya, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an pada surat
al-Anbiya:60-67. Ashabul Kahfi dalam kisah Nabi Isa a.s juga merupakan anak-anak muda yang menolak
kembali agama nenek moyang mereka, menolak menyembah suatu apapun selain Allah
SWT. Mereka bermufakat untuk mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung
di suatu gua. Ada sekitar tujuh orang yang masuk kedalam gua itu. Fakta sejarah
ini terekam jelas dalam Q.S. al-Kahfi:10.
“ (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung
ke dalam gua lalu mereka berdoa:’Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada
kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami (ini)’ “
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada tuhan mereka,
dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (Q.S
al-Kahfi:13)
Secara fitrah,
masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan
jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar bila pemuda-mahasiswa memiliki
potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kepekaan yang
tinggi terhadap lingkungan masyarakat sangat didambakan umat. Pemikiran kritis
yang dimiliki oleh para pemuda-mahasiswa dapat menjadikan suatu perubahan yang
menuju kearah yang lebih baik. Mencegah kebodohan yang kian lama menjadi seuah
kebiasaan.
Potensi yang
dimiliki oleh pemuda mahasiswa haruslah diarahkan untuk menyokong nilai-nilai
kebaikan. Seorang mahasiswa muslim tentunya berada digaris paling depan untuk
membela, memperjuangkan serta mendakwahkan nilai-nilai Islam. Seorang mahasiswa
muslim tidak layak jika hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah
kemunduran umat yang sangat memprihatinkan ini. Seorang mahasiswa muslim
janganlah sampai menjadi penghalang kemajuan Islam dan perjuangan kaum muslimin.
Kalau memperhatikan
apa yang terjadi di kampus-kampus, paling tidak kita pasti menemukan beberapa
kelompok mahasiswa muslim dengan pemahaman dan kecenderungan yang berbeda-beda.
Citra dan cita-cita mereka juga relatif berbeda sesuai dengan landasan
pemikiran yang mendasarinya.
Kelompok pertama, adalah “mereka yang merasa tidak
puas dengan kondisi sekarang, lalu melakukan berbagai perubahan”. Mereka melihat
bahwa sistem kehidupan yang berlaku sekarang ini hanya menimbulkan penderitaan
dan kesengsaraan yang berkepanjangan. Arah perubahan yang mereka inginkan ada
yang tidak terlepas dari format ideologi kapitalis, ada juga yang terpengaruh
ideologi sosialis.
“Apa yang
dierikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya maka
tinggalkanlah”. (Q.S. al-Hasyr:7)
Kelompok kedua,
adalah “mereka yang cuek terhadap
kondisi kehidupan masyarakat”. Yakni mereka yang tidak perduli dengan
penderitaan dan kesengsaraan yang tengah dihadapi oleh masyarakat sekitarnya.
“Barangsiapa
bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya,maka orang tersebut
tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barangsiapa tidak pernah memperhatikan urusan
kaum muslimin yang lain, maka mereka tidak termasuk golonganku”. (H.R. Thabrani
dari Abu Dzar Al-Ghifari)
Kelompok ketiga,
adalah “mereka yang terbius sehingga terjerat dan terjerumus dalam bejatnya
sistem kehidupan masa kini”. Sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi,
telah mencabut nilai-nilai kehidupan lainny, baik nilai-nilai akhlak,
kemanusiaan, dan kerohanian(agama). Korban-korban sistem ini sudah cukup
bergelimpangan.
Kelompok empat,
adalah “ mahasiswa yang peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan dan
kebobrokan sistem yang ada akibat tidak berlakunya aturan Islam dalam relitas
kehidupan”.
Demikianlah cita,
citra dan cinta mahasiswa muslim yang terlahir dan hidup pada zaman ini. Citra keislaman
mereka tidak sedikit yang tererosi dan terdegradasi oleh budaya-budaya asing
yang telah membius dan meracuni harapan dan cita-cita mereka. Cinta yang lahir
dari nafsu demi kenikmatan sesaat. Cinta yang berakhir dalam kehampaan dan
kegersangan.
Meskipun demikian,
masih banyak mahasiswa muslim yang tetap teguh memegang dan mempertahankan dengan
sekuat tenaga yang mereka miliki dengan kemampuan citra dan cinta mereka yang
hakiki sebagai mahasiswa muslim. Cita-cita mereka adalah cita-cita segenap kaum
muslimin. Semoga mereka tetap memegang kokoh persatuan tanpa membedakan
suku,ras atau pun bahasa. Semoga Allah senantiasa meridhoi semua usaha mereka
serta selalu melindungi setiap langkah menuju cahaya yang kekal.
Sesungguhnya umat ini selalu memanggilmu. Maka hendaklah
engkau memberikan jawaban dengan perbuatan yang mulia, perbuatan yang dapat
membuat bangsa ini bangga dengan prestasi-prestasi.
Jika ingin engkau hidup mulia
Disegani dan berwibawa
Jangan engkau harap hidup tanpa kerja
Yang dapat mematahkan pedang
Membekaskan luka sepanjang masa
Dan membingungkan dokter tak menemukan obatnya
Wahai pemuda! Apakah namanya bangkit
Jika cita-cita nan jauh dapat direngkuh?
Sudahkah berarti kuat
Jika di puncak kecemerlangan bintang?
Adakah semangat membaja
Nan bikin gunung porak-poranda?
Sungguh ketololan masih melanda
Sedang kita lupa akhlak nan mulia.
Betapa banyak oarang yang berteriak menunjukkan kita
Namun kita tak menggapai nasihatnya
Wahai pemuda! Pandanglah keagungan!
Dan berjalanlah di atas taman kemuliaan. Sesungguhnya:
Aku melihat keagungan tersedia bagi yang datang
Tegak mencari di pertamanan
Rengkuhlah ia jangan ditunda
Berjalanlah bagai orang yang mendapat hidayah
Alangkah mengherankan kita tertidur lelap
Dari kemuliaan
Kita berlari dalam jeratan
Kepadamu aku menasihati
Ini pun telah mencukupi
Bagi kaum yang tak suka mati.
Ref: Musthafa Al-Ghayalani “ Bangkitlah Pemuda Dunia Ditanganmu”
Hari Moekti “Generasi Muda Islam”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar