Sabtu, 14 Januari 2017

Kisah Kasih Pesantren



Kisah Kasih di Pesantren
Terik pagi ini terlihat begitu indah, maha besar Allah yang maha pemurah dan maha mengasihi. Dia memberikan nikmat di setiap detik hidup tanpa hambaNya meminta. Tuhan ciptakan manusia berbeda-beda agar saling mengenal, Dia ciptakan semuanya berpasang-pasangan. Aku yakin bahwa laki-laki yang baik akan dipasangkan pula dengan perempuan yang baik. Namaku Nur, aku adalah santri baru di salah satu pondok pesantren di  Jawa Tengah. Saat pertama kali aku masuk ke halaman pesantren itu, ada sosok laki-laki yang membuatku tak nyaman, penampilannya pun membuatku ilfeel, ahh apalagi prilakunya. Astagfirullah ... aku  tidak boleh seperti ini... hari mulai berlalu, ku nikmati saja suasana yang jauh menenangkan hati dari keramaian kota di luar sana. Suasana yang indah, sejuk, nyaman, walaupun tak senyaman rumahku.. tapi tempat ini memberikan kesan tersendiri.
Mengaji adalah hal yang paling utama disebuah pesantren, apalagi pesantren di pedesaan seperti ini. Aku masuk kelas bawah dalam tingkatan kelas mengaji yang ada di ponpes ini, seperti biasa laki-laki dan perempuan diberi pembatas agar menjaga pandangan santri-santrinya. Aku duduk di sebelah pembatas, antara putra dan putri. Tiba-tiba saja bukuku diambil oleh tangan jail yang tak ku kenali. Tak lama kemudian, dia mengembalikannya lagi padaku, dan saat ku periksa ternyata dia menuliskan banyak-kata romantis yang bagiku itu sangatlah tidak bagus.. (ups). Keesokan harinya aku mendapat surat yang bisa dikatakan surat cinta, ahh apa siih. Ternyata surat cinta itu dari seorang laki-laki yang memandangiku saat pertama aku menuju asrama, dia mencantumkan namanya dalam surat itu, heem Fadil namanya. Langsung saja aku merobek-robek kertas itu lalu aku masukan kedalam wadah bekas selai, karena hal ini membuatku takut dengan pengurus pondok. Kejadian itu datang lagi saat aku sedang mengaji, dia mengambil bukuku lagi dan menuliskan “i love you” dihalaman buku paling akhir, spontan saja aku langsung menutupnya agar tak dilihat oleh teman-teman. Sesampainya di kamar, aku langsung merobek kertas itu dan kujadikan satu dengan  yang kemarin.
Tak lama kemudian akhirnya perbuatan laki-laki itu ketahuan oleh pengurus pondok, akhirnya dia pun langsung dipanggil untuk menjelaskan semua yang telah ia perbuat. Keesokan harinya, dia menghampiriku di masjid sekolah, ya karena kami satu sekolahan yang jaraknya tidak jauh dari pondok. Dia memberitahuku bahwa nanti malam lah aku yang dihadapkan dengan pengurus, dia memintaku agar mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dan tidak terpengaruh dengan jebakan pengurus. Benar, malam itu aku dipanggil oleh pengurus untuk memastikan jawabannya dengan ku sama atau berbeda. Aku mengatakan sejujurnya dengan pengurus bahwa ia telah mengirimi ku surat namun aku tidak meresponnya. Malam berikutnya kami berdua disidang oleh para pengurus, takut rasanya santri baru sudah mendapat kasus yang memalukan seperti ini. Aku diminta untuk membawa surat yang Fadil berikan padaku saat sidang itu. Dia mengatakan kepada pengurus bahwa dia benar menyukaiku hingga dia berbuat konyol seperti itu, namun dia menjelaskan bahwa kami belum menjalin hubungan yang tidak sehat itu. Akhirnya kami pun mendapatkan hukuman yang sudah menjadi ketentuan pondok. Fadil direndam dalam tong besar selama tiga jam, sedangkan aku mebaca al-Qur’an sampai Fadil menyelesaikan hukumannya. Aku tak kuat menahan air mata saat membaca al-Qur’an dan membayangkannya berendam dalam tong di malam hari dan diperlihatkan kepada santri lainnya agar menjadi sebuah pelajaran. Tiga hari sudah berlalu setelah kejadian malam itu, Fadil tak terlihat disekolah. Temannya mengabarkan bahwa ia sakit setelah berendam, tiba-tiba saja aku merasa khawatir dengannya. Dua hari kemudian, Fadil meminta izin kepada mata-mata putra dan putri untuk menemuiku setelah pulang sekolah untuk meminta maaf atas kejadian itu. Awalnya dia memang meminta maaf, tetapi lama-kelamaan dia menyatakan cinta padaku dan memintaku agar menjaga hatiku untuknya. Dia tidak mau perjuangan yang ia lakukan sampai berujung sakit itu terbuang dengan percuma. Subhanallah, laki-laki ini membuat hatiku tak karuan. Sebenarnya aku juga menyukainya, jantungku berdebar saat dia mengatakan hal itu. Wahai sang pemilik hati, berilah aku kekuatan untuk menahannya.
Fadil, aku sangat mengagumi perjuanganmu untukku kau laki-laki yang pantas untuk ku pertahankan. Kau meluluhkan hati ini dengan pengorbanan mu padaku, insyaallah hati ini akan selalu ku jaga untukmu. Empat tahun sudah kejadian itu berlalu, aku dan Fadil saling berkomunikasi melalui media sosial karena kami berpisah untuk melanjutkan studi kami. Aku percaya akan ketetapan Allah untuk hambaNya yang sabar menunggu dalam doa. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu Fadil, namun hati ini hanyalah milik Allah, Dialah yang mampu membolak-balikkan hati seorang manusia. Tetaplah istiqomah dalam doa mu, aku akan berusaha menjaganya untukmu, berharap kita dipertemukan kembali dengan ikatan yang halal. Ikatan yang di ridhoi oleh Allah. . .