Kisah
Kasih di Pesantren
Terik
pagi ini terlihat begitu indah, maha besar Allah yang maha pemurah dan maha
mengasihi. Dia memberikan nikmat di setiap detik hidup tanpa hambaNya meminta.
Tuhan ciptakan manusia berbeda-beda agar saling mengenal, Dia ciptakan semuanya
berpasang-pasangan. Aku yakin bahwa laki-laki yang baik akan dipasangkan pula
dengan perempuan yang baik. Namaku Nur, aku adalah santri baru di salah
satu pondok pesantren di Jawa Tengah. Saat
pertama kali aku masuk ke halaman pesantren itu, ada sosok laki-laki yang membuatku
tak nyaman, penampilannya pun membuatku ilfeel, ahh apalagi prilakunya.
Astagfirullah ... aku tidak boleh
seperti ini... hari mulai berlalu, ku nikmati saja suasana yang jauh
menenangkan hati dari keramaian kota di luar sana. Suasana yang indah, sejuk,
nyaman, walaupun tak senyaman rumahku.. tapi tempat ini memberikan kesan tersendiri.
Mengaji
adalah hal yang paling utama disebuah pesantren, apalagi pesantren di pedesaan seperti
ini. Aku masuk kelas bawah dalam tingkatan kelas mengaji yang ada di ponpes
ini, seperti biasa laki-laki dan perempuan diberi pembatas agar menjaga
pandangan santri-santrinya. Aku duduk di sebelah pembatas, antara putra dan
putri. Tiba-tiba saja bukuku diambil oleh tangan jail yang tak ku kenali. Tak
lama kemudian, dia mengembalikannya lagi padaku, dan saat ku periksa ternyata
dia menuliskan banyak-kata romantis yang bagiku itu sangatlah tidak bagus..
(ups). Keesokan harinya aku mendapat surat yang bisa dikatakan surat cinta, ahh
apa siih. Ternyata surat cinta itu dari seorang laki-laki yang memandangiku
saat pertama aku menuju asrama, dia mencantumkan namanya dalam surat itu, heem
Fadil namanya. Langsung saja aku merobek-robek kertas itu lalu aku masukan
kedalam wadah bekas selai, karena hal ini membuatku takut dengan pengurus
pondok. Kejadian itu datang lagi saat aku sedang mengaji, dia mengambil bukuku
lagi dan menuliskan “i love you” dihalaman buku paling akhir, spontan saja aku
langsung menutupnya agar tak dilihat oleh teman-teman. Sesampainya di kamar,
aku langsung merobek kertas itu dan kujadikan satu dengan yang kemarin.
Tak
lama kemudian akhirnya perbuatan laki-laki itu ketahuan oleh pengurus pondok, akhirnya dia pun langsung
dipanggil untuk menjelaskan semua yang telah ia perbuat. Keesokan harinya, dia
menghampiriku di masjid sekolah, ya karena kami satu sekolahan yang jaraknya
tidak jauh dari pondok. Dia memberitahuku bahwa nanti malam lah aku yang
dihadapkan dengan pengurus, dia memintaku agar mengatakan apa yang
sebenarnya terjadi dan tidak terpengaruh dengan jebakan pengurus. Benar, malam
itu aku dipanggil oleh pengurus untuk memastikan jawabannya dengan ku sama atau
berbeda. Aku mengatakan sejujurnya dengan pengurus bahwa ia telah mengirimi ku
surat namun aku tidak meresponnya. Malam berikutnya kami berdua disidang oleh
para pengurus, takut rasanya santri baru sudah mendapat kasus yang memalukan
seperti ini. Aku diminta untuk membawa surat yang Fadil berikan padaku saat sidang
itu. Dia mengatakan kepada pengurus bahwa dia benar menyukaiku hingga dia
berbuat konyol seperti itu, namun dia menjelaskan bahwa kami belum menjalin
hubungan yang tidak sehat itu. Akhirnya kami pun mendapatkan hukuman yang sudah
menjadi ketentuan pondok. Fadil direndam dalam tong besar selama tiga jam,
sedangkan aku mebaca al-Qur’an sampai Fadil menyelesaikan hukumannya. Aku tak
kuat menahan air mata saat membaca al-Qur’an dan membayangkannya berendam dalam
tong di malam hari dan diperlihatkan kepada santri lainnya agar menjadi sebuah
pelajaran. Tiga hari sudah berlalu setelah kejadian malam itu, Fadil tak
terlihat disekolah. Temannya mengabarkan bahwa ia sakit setelah berendam,
tiba-tiba saja aku merasa khawatir dengannya. Dua hari kemudian, Fadil meminta
izin kepada mata-mata putra dan putri untuk menemuiku setelah pulang sekolah
untuk meminta maaf atas kejadian itu. Awalnya dia memang meminta maaf, tetapi lama-kelamaan dia
menyatakan cinta padaku dan memintaku agar menjaga hatiku untuknya. Dia tidak
mau perjuangan yang ia lakukan sampai berujung sakit itu terbuang dengan percuma.
Subhanallah, laki-laki ini membuat hatiku tak karuan. Sebenarnya aku juga menyukainya, jantungku berdebar saat dia mengatakan hal itu. Wahai sang pemilik hati, berilah aku kekuatan untuk menahannya.
Fadil,
aku sangat mengagumi perjuanganmu untukku kau laki-laki yang pantas untuk ku
pertahankan. Kau meluluhkan hati ini dengan pengorbanan mu padaku, insyaallah
hati ini akan selalu ku jaga untukmu. Empat tahun sudah kejadian itu berlalu, aku dan Fadil saling berkomunikasi melalui media sosial karena kami
berpisah untuk melanjutkan studi kami. Aku percaya akan ketetapan Allah untuk
hambaNya yang sabar menunggu dalam doa. Aku selalu mendoakan yang terbaik
untukmu Fadil, namun hati ini hanyalah milik Allah, Dialah yang mampu
membolak-balikkan hati seorang manusia. Tetaplah istiqomah dalam doa mu, aku
akan berusaha menjaganya untukmu, berharap kita dipertemukan kembali dengan
ikatan yang halal. Ikatan yang di ridhoi oleh Allah. . .